robot
merupakan alat mekanik yang memanfaatkan kecerdasan buatan. Ia bisa melakukan
tugas fisik dibawah pengawasan dan kontrol manusia, maupun melalui program yang
sudah ditentukan. Penggunaan robot biasanya untuk pengerjaan tugas berat dan
berbahaya, seperti dalam bidang produksi bagi kepentingan industri. Saat ini
bahkan sudah ada robot yang dibuat berdasarkan kepentingan di bidang hiburan.
Pada intinya, robot
diciptakan untuk membantu kerja manusia, seperti melakukan pekerjaan berat dan
kotor di pabrik dan bahkan melakukan pekerjaan rumah tangga. Robot juga bisa
membantu dalam persoalan lingkungan yang semakin tercemar. Contohnya pencemaran
laut, ketika partikel pencemar seperti partikel kimia, limbah industri, limbah
pertanian dan perumahan tercampur dengan air laut, maka akibatnya air laut akan
tercemar dan hal ini bisa membahayakan ekosistem laut. Kapal yang setiap hari
melewati laut pun bisa menjadi penyebab tercemarnya air laut, sebab tumpahan
minyak, air penyaring dan residu bahan bakar yang jatuh ke laut juga adalah
polusi bagi air laut.
Untuk mengatasi permasalahan
pencemaran laut inilah sebab diciptakannya sebuah robot sebagai solusi. Robot
ini memiliki bentuk yang mirip sekali dengan ikan sungguhan, dan mampu
menganalisis data tentang polusi yang tersebar di laut dan bahkan mengumpulkan
minyak-minyak sisa kebocoran tangki kapal. Melalui tulisan ini selanjutnya akan
dibahas mengenai robot ikan tersebut.
Sekelompok ilmuwan asal
eropa yang dipimpin oleh Dr. Lukas Speller telah menciptakan sebuah robot yang
didesain menyerupai ikan asli yang diberi nama robofish. Dr. Lukas ini
tergabung dalam Konsorsium Shoal, yang didanai oleh komisi eropa. Sebelumnya
kelompok ini telah mengembangkan robot bawah laut.
Panjang robot ini mencapai
1,5 meter, dan terbuat dari serat karbon dan logam. Tidak hanya bentuknya yang
menyerupai ikan asli, robot ini pun dapat berenang layaknya ikan pada umumnya,
bahkan dilengkapi sensor untuk mengambil polutan yang bocor dari kapal atau
pipa bawah laut. Para ilmuwan yang mengembangkan robot ini mengatakan, bahwa
inspirasi membuat robot ini muncul dari alam. Karena bentuknya yang
hidrodinamis, maka mereka mencoba menirunya dengan membuat robofish. Robot ini dapat berubah arah dengan
cepat ketika berenang, bahkan di perairan yang dangkal sekalipun.
Robot ikan diciptakan untuk
memperbaiki sistem pemantauan polusi air, ia dapat mendeteksi polutan yang
tersebar di laut, dari yang tadinya memakan waktu berminggu-minggu untuk
dianalisis, kini hanya dalam hitungan detik. Robot ini juga bisa melakukan
pengawasan untuk para penyelam maupun pencarian orang yang tenggelam.
Robofish ini diharapkan akan
menciptakan terjadinya real-time monitoring polusi, sehingga begitu terjadi
pencemaran, para ilmuwan bisa segera mendatangi lokasi, mencari penyebab masalah
dan langsung menghentikannya. Kedepannya, mereka ingin menciptakan robofish
yang multitasking ; dapat melakukan pemantauan, penyelaman dan operasi
penyelamatan sekaligus. Robot ini dapat menghindari hambatan, memetakan lokasi
mereka, dan bahkan menemukan jalan kembali ke stasiun di pantai ketika baterai
mereka—yang tahan hingga 8 jam mulai melemah.
Robofish dapat mendeteksi
fenol dan logam-logam seperti tembaga dan timah, juga menghitung kadar oksigen,
disebabkan karena robot ini menggunakan mikro-elektroda array. Robot ikan ini
juga dilengkapi dengan kecerdasan buatan sehingga dapat bekerja sendiri maupun
dalam tim dan saling berkomunikasi menggunakan sinyal akustik. Cara kerjanya,
robot-robot ini akan berenang dan saling berkoordinasi satu sama lain dan
mengirimkan apa yang telah mereka baca ke stasiun pantai yang jaraknya bisa
mencapai 1 kilometer.
Pada bulan mei tahun 2012
lalu robofish dilaporkan oleh media tengah melakukan uji-coba di pelabuhan
Gijon yang berada di daerah utara Spanyol, untuk melihat perbaikan-perbaikan
yang perlu dilakukan untuk memproduksi robot ini secara komersil, sehingga
diharapkan harganya pun tidak akan semahal saat kali pertama diproduksi.
Sebetulnya, robofish ciptaan
Dr. Lukas Speller ini bukanlah robot ikan pertama di dunia, sebelumnya Profesor
Housheng Hu dari Essex University menciptakan robot ikan untuk kepentingan
hiburan, dan baru-baru ini ia menciptakan robot ikan dengan konsep yang sama
dengan robofish ciptaan Dr. Lukas : mendeteksi polusi air. Pada intinya, cara
kerja dari robot-robot yang diciptakan oleh kedua ilmuwan ini adalah sama :
1.
Ikan dilepas di perairan luas untuk mencari
sumber polusi yang mencemari lautan
2.
Sensor kimia mendeteksi polusi yang terjadi
dari kebocoran bahan bakar kapal, kesengajaan, maupun sebab lainnya
3.
Ikan menyampaikan informasi yang didapatnya
melalui sebuah charging hub yang disambung menggunakan koneksi wifi
4.
Stasiun maupun pelabuhan menerima data lalu
mengikuti jejak pencemaran yang dikirimkan oleh robot untuk kemudian melakukan
penanggulangan.
Polusi air memang telah
menjadi masalah yang cukup serius, tidak hanya di eropa, tapi di seluruh
belahan dunia. Di daerah pedesaan di Inggris saja, diperkirakan biaya untuk
menangani permasalahan ini mencapai 1,3 miliar euro pertahunnya, maka robofish
ini akan menjadi bisnis yang menguntungkan tapi juga menjadi solusi yang tepat.
Robot ikan akan diproduksi dengan harga $ 31.600 per unitnya, atau sekitar 228
juta rupiah. Biayanya akan semakin jauh berkurang ketika penggunaan robofish
semakin banyak.
Kesimpulan :
Robofish ini konsepnya telah
sangat matang dan canggih, ia bisa melakukan banyak tugas meskipun tidak bisa secara
sekaligus (multitasking), dan karena baru diluncurkan, maka harganya pun masih
mahal. Tapi peran dari robot ini sangat besar dalam mengurangi polusi yang
tersebar di perairan di seluruh dunia, yang penyebabnya bisa jadi sangat tidak
terduga. Kedepannya, kemungkinan robofish ini akan menjadi terkenal dan menjadi
salah satu fasilitas yang digunakan di banyak perairan di dunia.
0 komentar:
Posting Komentar